Jumat, 28 Juni 2013

SISTEM PENDIDIKAN FULLDAY SCHOOL


PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan dipandang sebagai industri yang dapat mencetak jasa yaitu jasa pendidikan. Lewat pendidikan orang mengharap supaya semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal, agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya.
Kesuksesan pendidikan terletak pada kurikulum. Kurikulum yang diterapkan harus relevan dengan kebutuhan anak didik dan tuntutan orangtua. Selain sekolah harus menampilkan ciri khas yang dapat dilirik masyarakat, juga yang paling utama sekolah mampu memastikan bahwa sekolah tersebut benar-benar mempunyai kelebihan dalam berbagai hal.
Keunggulan sebuah sekolah ditentukan oleh manajemen sekolah tersebut. Salah satu indikasi bahwa pendidikan si suatu sekolah sukses adalah apa yang diberikan kepada murid sesuai dengan kebutuhan siswa dan para orangtua murid, selain itu juga didesain mampu memberikan harapan pasti terhadap masyarakat juga menciptakan manusia yang berkualitas sebagaimana termuat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Untuk mewujudkan tujuan itu, banyak sekali usaha yang dilakukan lembaga pemerintah maupun swasta dengan menerapkan sistem atau kurikulum yang dirasa pas untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan membentuk sistem fullday school.
Oleh karena itu, pemakalah akan membahas sistem full day school yang merupakan sekolah yang dirancang sedemikian rupa layaknya sekolah formal.






SISTEM PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL
A.    Pengertian Full day school
Menurut etimologi, kata full day school berasal dari Bahasa Inggris. Terdiri dari kata full mengandung arti penuh, dan day  artinya hari. Maka full day mengandung arti sehari penuh. Full day juga berarti hari sibuk. Sedangkan school artinya sekolah.[1] Jadi, arti dari full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00. Dengan demikian, sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi.
Jika dilihat dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Dalam hal ini, Salim berrpendapat berdasarkan hasil penelitian bahwa belajar efektif bagi anak itu hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 jam sehari (dalam suasana informal).[2]
Metode pembelajaran full day school tidak melulu dilakukan di dalam kelas, namun siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat belajar. Artinya siswa bisa belajar dimana saja seperti halaman, perpustakaan, laboratorium dan lain-lain.
B.     Tujuan Pembelajaran Full day school
Sebagaimana yang kita ketahui di berbagai media massa yang seringkali memuat pemberitaan  tentang berbagai penyimpangan yang banyak dilakukan remaja sekarang. Hal ini lah yang memotivasi para orangtua untuk mencari sekolah formal sekaligus mampu memberikan kegiatan-kegiatan positif (informal) pada anak mereka.
Dengan mengikuti full day school, orangtua dapat mencegah dan menetralisir kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang menjurus pada kegiatan yang negatif. Banyak alasan mengapa full day school menjadi pilihan, antara lain:[3]
a.       Meningkatnya jumlah orangtua tunggal dan banyaknya aktifitas orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berhubungan dengan aktifitas anak setelah pulang sekolah.
b.      Perubahan sosial budaya yang tarjadi di masyarakat, dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat.
c.       Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tiddak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi.
Dari kondisi seperti itu, akhirnya para praktisi pendidikan berpikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan. Untuk memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka diterapkan sistem full day school dengan tujuan: membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.
Apa dan bagaimana sesungguhnya nilai keunggulan full day school? Berikut ini adalah beberapa nilai plus sekolah yang berbasis formal dan informal ini. Pertama, anak mendapat pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Kedua, anak memperoleh pendidikan keislaman secara layak dan proporsional. Ketiga, anak mendapatkan pendidikan kepribadian yang bersifat antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan globalisasi yang membutuhkan nilai saring. Keempat, potensi anak tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan kelima perkambangan bakat, minat dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui pantauan program bimbingan dan konseling.[4]
Selain beberapa keunggulan diatas, full day school juga memiliki kelebihan yang membuat para orangtua tidak khawatir terhadap keberadaan putra-putrinya, antara lain: pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama, terencana dan terarah, suami-istri yang keduanya harus bekerja tidak akan khawatir tentang kualitas pendidikan dan kepribadian putra-putrinya karena anak-anaknya dididik oleh tenaga pendidik yang terlatih dan profesional, adanya perpustakaan di sekolah yang representatif dengan suasana nyaman dan enjoy sangat membantu peningkatan prestasi belajar anak, siswa mendapatkan pelajaran dan bimbingan ibadah praktis.
C.    Latar Belakang Munculnya Full day school
Munculnya system pendidikan full day school di Indonesia diawali dengan menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang banyak dipelopori oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang berlabel Islam. Dalam pengertian yang ideal, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada system pembelajarannya. Namun faktanya sekolah unggulan biasanya ditandai dengan biaya yang mahal, fasilitas yang lengkap dan serba mewah, elit, lain daripada yang lain, serta tenaga-tenaga pengajar yang “professional” walaupun keadaan ini sebenarnya tidak menjamin kualitas pendidikan yang dihasilkan.[5]
Term unggulan ini yang kemudian dikembangkan oleh para pengelola di sekolah-sekolah menjadi bentuk yang lebih beragam dan menjadi trade mark,  diantaranya adalah fullday school.
Program fullday school yang biasanya diterapkan mulai pukul 06.45-15.00 WIB membuat anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan sekolah bersama teman-temannya. Selain waktu yang lebih banyak, biasanya sekolah dengan sistem ini tidak terlepas dari biaya yang dikeluarkan perbulannya bagi setiap orang tua yang memasukkan anaknya di sekolah fullday, karena biasanya sekolah yang menerapkan fullday school biayanya jauh lebih mahaldari sekolah yang masuk biasa. Hal tersebut disebabkan karena kualitas dan kuantitas yang dimiliki sekolah dengan sistem fullday schooljauh lebih lengkap dan lebih baik.
Meskipun memiliki rentang waktu yang lebih panjang yaitu dari pagi sampai sore, sistem ini masih bisa diterapkan di Indonesia dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa setiap jenjang pendidikan telah ditentukan alokasi jam pelajarannya. Dalam fullday school ini waktu yang ada tidaklah melulu dipakai untuk menerima materi pelajaran namun sebagaian waktunya dipakai untuk pengayaan. 
D.    Faktor Penunjang Full day school
Setiap sistem pembelajaran tentu memiliki kelebihan (faktor penunjang) dan kelemahan (faktor penghambat) dalam penerapannya, tak terkecuali sistem full day school. Adapun faktor penunjang dari pelaksanaan sistem ini adalah setiap sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat kelembagaan. Untuk menuju kearah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan  dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah satunya adalah sistem yang akan digunakan di dalam sebuah lembaga tersebut.
Diantara faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesuksesan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Faktor pendukung berikutnya adalah manajemen pendidikan. Manajemen sangat penting dalam suatu organisasi. Tanpa manajemen yang baik, maka sesuatu yang akan kita gapai tidak akan pernah tercapau dengan baik karena kelembagaan akan berjalan dengan baik, jika dikelola dengan baik.[6]
Faktor pendukung yang ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar setiap hari tetapi mempengaruhi kondisi belajar. Prasarana sangat berkaitan dengan materi yang dibahas dan alat yang digunakan. Sekolah yang menerapkan full day school, diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. [7]
  Faktor pendukung yang terakhir dan yang paling penting dalam pendidikan dalam SDM. Dalm penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan karena full day school adalah sekolah yang menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah.
Faktor lain yang signifikan untuk diperhatikan adalah masalah pendanaan. Dana memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah karena dana secara tidak langsung mempengaruhi kualitas sekolah terutama yang berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang lain.[8]
E.     Faktor Penghambat Full day school
Faktor penghambat merupakan hal yang niscaya dalam proses pendidikan, tidak terkecuali pada penerapan full day school. Faktor yang menghambat penerapan sistem full day school diantaranya :
Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang vital untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan sarana dan prasarana yang baik untuk dapat dapat mewujudkan keberhasilan pendidikan. Banyak hambatan yang dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutunya karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Keterbatasan sarana dan prasarana dapat menghambat kemajuan sekolah.[9]
Kedua, guru yang tidak profesional. Guru merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Keberlangsungan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh profesionalitas guru. Akan tetapi pada kenyataannya guru mengahadapi dua yang dapat menurunkan profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor dari dalam diri guru, meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan denagan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah. [10]
F.     Keunggulan  dan Kelemahan Sistem Full day school
Setiap sistem tidak mungkin ada yang sempurna, tentu memiliki keunggulan dan kekurangan termasuk sistem full day school. Diantara keunggulan sistem ini adalah:[11]
·         Anak anak akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler.
·         Orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya dilakukan tes (segala macam tes) untuk menyaring anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi belajar yang tinggi)
·         Sistem Full day school memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa.
·         Guru dituntut lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan.
·         meningkatkan gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya prestisius.
·         Orang tua akan mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia pulang dari kantor
Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah:
·         Siswa akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah
·         Lebih cepat stress
·         Mengurangi bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga
·         Kurangnya waktu bermain
·         Anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarganya.
G.    Pengembangan Institusional Pendidikan Full day school
Penerapan full day school adalah salah satu inovasi baru dalam sistem pembelajaran. Konsep dan pengembangan inovasi ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan karena mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini dipertanyakan. Maka berbagai cara dan metode di kembangkan. Penerapan full day school ini juga untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan diberlakukannya sistem full day school, guru bisa langsung mengawasi siswa dan menilai kemampuan di bidang edukatifnya. Selain itu sistem ini juga dapat mengakrabkan guru dengan murid-muridnya.
Pembelajaran yang dilakukan pada full day school diharapkan membuat waktu anak banyak terlibat dalam kelas yang bermuara pada produktifitas yang tinggi dan siswa juga menunjukkan sikap yang lebih  positif dan terhindar dari penyimpangan–penyimpangan karena keseharian berada di dalam sekolah dan dalam pengawasan guru. Selain itu anak jelas akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler, orang tua tidak akan merasa khawatir, karena anak-anak akan berada seharian di sekolah yang artinya sebagian besar waktu anak adalah untuk belajar, orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif.
Dalam penerapannya, sistem fullday school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen sekolah dan kesiapan program-program pendidikan agar tujuan dari diadakannya sistem ini dapat tercapai.
Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia jenjang formal bagi SD/MI diperuntukkan bagi usia 7-12 tahun, SMP/MTs diperuntukkan bagi anak usia 13-15 tahun dan SMA/MA diperuntukkan bagi anak usia 15-18 tahun. Jika dilihat dari life skillnya maka setiap jenjang memiliki orientasi yang berbeda sehingga sudah seharusnya sekolah yang menerapkan sistem fullday school memperhatikan perbedaan tersebut, dimana anak-anak usia SD tentu porsi bermainnya lebih banyak daripada anak usia SMA. Jangan samapai sistem ini merusak masa bermain mereka, masa dimana mereka harus berinteraksi dengan sesama, orang tua dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.  
Pada dasarnya sistem pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana.  Bahkan jika ditarik ke belakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam.[12] Sistem asrama dalam tradisi pesantren sangat kaya dengan pendidikan utuh dan integral yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan formal lainnya. Lebih jelas Qodri Azizy menilai: “Di dalam lembaga pendidikan pada umumnya sering dikecewakan lantaran hanya mampu mewujudkan segi kognitif, sementara sangat lemah dan terkadang nihil segi afektif dan psikomotoriknya. Di pesantren ketiga bidang tersebut akan selalu dapat dipraktikkan dengan modal sistem 24 jam tadi. Justru sangat mengutamakan pengamalan, oleh karena suatu ilmu tanpa ada pengamalan dicap sebagai yang tak bermanfaat”.[13]
Dengan diilhami oleh kelebihan sistem pondok/asrama dalam tradisi pesantren, sejumlah sekolah mulai melakukan inovasi persekolahan melalui perintisan fullday school yang dalam hal-hal tertentu sangat mirip dengan pesantren dengan sejumlah modifikasi. Dengan demikian, konsep fullday school merupakan modernisasi, bahkan sistematisasi atau modifikasi dari tradisi pesantren, yang dalam batas tertentu pesantren kurang menyadari substansi pola kependidikan yang diaplikasikannya karena sudah menjadi sebuah tradisi yang melekat--secara inhern--dalam proses transformasi keilmuanya. 

KESIMPULAN
Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00. sehingga sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru.
Sistem pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana.  Bahkan jika ditarik ke belakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam.
Dengan sistem ini diharapkan anak didik memiliki produktifitas yang tinggi sehingga mampu meminimalisir hal-hal negatif yang dimungkinkan dilakukan oleh anak sebagai dampak dari pergaulannya dengan lingkungannya.


DAFTAR PUSTAKA
Azizy, A. Qadri. Islam dan Permasalahan Sosial: Mencari Jalan Keluar. Yogyakarta: LkiS. 2000.
Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. 2009.
Basuki, Salim. Full Day School harus Proporsional Sesuai dangan jenis waktu dan jenjang sekolah dalam Baharudin. Pendidikan dan Psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruuz Media. 2009.
E. Mulyasa. Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya. 2003.
Echols, Jhon M.  & Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. t. th.
Hasan, Nor. Full day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). Jurnal pendidikan. Tadris. Vol 1. No 1. 2006.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. tt.
Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. 1985.
Sismanto. Awal Munculnya Sekolah Unggulan. Artikel. 2013.


[1] Jhon M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, t. th), 260.
[2] Salim Basuki, Full Day School harus Proporsional Sesuai dangan jenis waktu dan jenjang sekolah dalam Baharudin, Pendidikan dan Psikologi perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruuz Media, 2009), 227.
[3] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, tt.), 168-170.
[4] Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2009), 231.
[5] Sismanto, “Awal Munculnya Sekolah Unggulan”, Artikel  (21 Mei 2013).
[6] Baharuddin, Pendidikan, 233.
[7] Ibid.,234.
[8] Ibid., 237.
[9] Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1985),66.
[10] E. Mulyasa, Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung, PT. Ramaja Rosdakarya, 2003), 125.
[12] Nor Hasan, Full day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). (Jurnal Pendidikan. Tadris. Vol 1. No 1, 2006 ),  112-113.
[13] A. Qadri Azizy, Islam dan Permasalahan Sosial: Mencari Jalan Keluar (Yogyakarta : LKiS, 2000),  105.

4 komentar: