PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan dipandang sebagai
industri yang dapat mencetak jasa yaitu jasa pendidikan. Lewat pendidikan orang
mengharap supaya semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa
dikembangkan secara maksimal, agar orang bisa mandiri dalam proses membangun
pribadinya.
Kesuksesan pendidikan terletak pada
kurikulum. Kurikulum yang diterapkan harus relevan dengan kebutuhan anak didik
dan tuntutan orangtua. Selain sekolah harus menampilkan ciri khas yang dapat
dilirik masyarakat, juga yang paling utama sekolah mampu memastikan bahwa
sekolah tersebut benar-benar mempunyai kelebihan dalam berbagai hal.
Keunggulan sebuah sekolah ditentukan
oleh manajemen sekolah tersebut. Salah satu indikasi bahwa pendidikan si suatu
sekolah sukses adalah apa yang diberikan kepada murid sesuai dengan kebutuhan
siswa dan para orangtua murid, selain itu juga didesain mampu memberikan
harapan pasti terhadap masyarakat juga menciptakan manusia yang berkualitas
sebagaimana termuat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Untuk mewujudkan tujuan itu, banyak
sekali usaha yang dilakukan lembaga pemerintah maupun swasta dengan menerapkan
sistem atau kurikulum yang dirasa pas untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah
satunya adalah dengan membentuk sistem fullday school.
Oleh karena itu, pemakalah akan membahas
sistem full day school yang merupakan sekolah yang dirancang sedemikian
rupa layaknya sekolah formal.
SISTEM PENDIDIKAN FULL
DAY SCHOOL
A.
Pengertian
Full day school
Menurut
etimologi, kata full day school berasal dari Bahasa Inggris. Terdiri
dari kata full mengandung arti penuh, dan day artinya hari.
Maka full day mengandung arti sehari penuh. Full day juga berarti
hari sibuk. Sedangkan school artinya sekolah.[1]
Jadi, arti dari full day school adalah sekolah sepanjang hari atau
proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00. Dengan
demikian, sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan
dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi.
Jika
dilihat dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya
digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku,
menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru.
Dalam hal ini, Salim berrpendapat berdasarkan hasil penelitian bahwa belajar
efektif bagi anak itu hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 jam
sehari (dalam suasana informal).[2]
Metode pembelajaran full day school
tidak melulu dilakukan di dalam kelas, namun siswa diberi kebebasan untuk
memilih tempat belajar. Artinya siswa bisa belajar dimana saja seperti halaman,
perpustakaan, laboratorium dan lain-lain.
B. Tujuan Pembelajaran Full day school
Sebagaimana yang kita ketahui di berbagai
media massa yang seringkali memuat pemberitaan
tentang berbagai penyimpangan yang banyak dilakukan remaja sekarang. Hal
ini lah yang memotivasi para orangtua untuk mencari sekolah formal sekaligus
mampu memberikan kegiatan-kegiatan positif (informal) pada anak mereka.
Dengan mengikuti full day school,
orangtua dapat mencegah dan menetralisir kemungkinan dari kegiatan-kegiatan
anak yang menjurus pada kegiatan yang negatif. Banyak alasan mengapa full
day school menjadi pilihan, antara lain:[3]
a. Meningkatnya
jumlah orangtua tunggal dan banyaknya aktifitas orangtua yang kurang memberikan
perhatian pada anaknya, terutama yang berhubungan dengan aktifitas anak setelah
pulang sekolah.
b. Perubahan
sosial budaya yang tarjadi di masyarakat, dari masyarakat agraris menuju ke
masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir dan
cara pandang masyarakat.
c. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tiddak dicermati,
maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi.
Dari kondisi seperti itu, akhirnya para
praktisi pendidikan berpikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam
dunia pendidikan. Untuk memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna,
maka diterapkan sistem full day school dengan tujuan: membentuk akhlak
dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif serta memberikan dasar yang
kuat dalam belajar di segala aspek.
Apa dan bagaimana sesungguhnya nilai
keunggulan full day school? Berikut ini adalah beberapa nilai plus
sekolah yang berbasis formal dan informal ini. Pertama, anak mendapat
pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Kedua, anak
memperoleh pendidikan keislaman secara layak dan proporsional. Ketiga, anak
mendapatkan pendidikan kepribadian yang bersifat antisipatif terhadap
perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan
globalisasi yang membutuhkan nilai saring. Keempat, potensi anak tersalurkan
melalui kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan kelima perkambangan bakat, minat
dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui pantauan program bimbingan
dan konseling.[4]
Selain beberapa keunggulan diatas, full
day school juga memiliki kelebihan yang membuat para orangtua tidak
khawatir terhadap keberadaan putra-putrinya, antara lain: pengaruh negatif
kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu
pendidikan anak di sekolah lebih lama, terencana dan terarah, suami-istri yang
keduanya harus bekerja tidak akan khawatir tentang kualitas pendidikan dan
kepribadian putra-putrinya karena anak-anaknya dididik oleh tenaga pendidik
yang terlatih dan profesional, adanya perpustakaan di sekolah yang
representatif dengan suasana nyaman dan enjoy sangat membantu peningkatan
prestasi belajar anak, siswa mendapatkan pelajaran dan bimbingan ibadah
praktis.
C. Latar
Belakang Munculnya Full day school
Munculnya
system pendidikan full day school di Indonesia diawali dengan
menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang banyak
dipelopori oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang berlabel
Islam. Dalam pengertian yang ideal, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada
kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas
proses pembelajaran bergantung pada system pembelajarannya. Namun faktanya
sekolah unggulan biasanya ditandai dengan biaya yang mahal, fasilitas yang
lengkap dan serba mewah, elit, lain daripada yang lain, serta tenaga-tenaga
pengajar yang “professional” walaupun keadaan ini sebenarnya tidak menjamin
kualitas pendidikan yang dihasilkan.[5]
Term
unggulan ini yang kemudian dikembangkan oleh para pengelola di sekolah-sekolah
menjadi bentuk yang lebih beragam dan menjadi trade mark, diantaranya
adalah fullday school.
Program
fullday school yang biasanya diterapkan mulai pukul 06.45-15.00 WIB
membuat anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan sekolah bersama
teman-temannya. Selain waktu yang lebih banyak, biasanya sekolah dengan sistem
ini tidak terlepas dari biaya yang dikeluarkan perbulannya bagi setiap orang
tua yang memasukkan anaknya di sekolah fullday, karena biasanya sekolah yang
menerapkan fullday school biayanya jauh lebih mahaldari sekolah yang
masuk biasa. Hal tersebut disebabkan karena kualitas dan kuantitas yang
dimiliki sekolah dengan sistem fullday schooljauh lebih lengkap dan
lebih baik.
Meskipun
memiliki rentang waktu yang lebih panjang yaitu dari pagi sampai sore, sistem
ini masih bisa diterapkan di Indonesia dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang ada. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa setiap jenjang pendidikan telah ditentukan
alokasi jam pelajarannya. Dalam fullday school ini waktu yang ada
tidaklah melulu dipakai untuk menerima materi pelajaran namun sebagaian
waktunya dipakai untuk pengayaan.
D. Faktor Penunjang Full day school
Setiap sistem pembelajaran tentu
memiliki kelebihan (faktor penunjang) dan kelemahan (faktor penghambat) dalam
penerapannya, tak terkecuali sistem full day school. Adapun faktor
penunjang dari pelaksanaan sistem ini adalah setiap sekolah memiliki tujuan
yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat kelembagaan. Untuk menuju kearah
tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan
dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah satunya adalah sistem yang
akan digunakan di dalam sebuah lembaga tersebut.
Diantara faktor-faktor pendukung itu
diantaranya adalah kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu alat
untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesuksesan suatu pendidikan dapat dilihat
dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Faktor pendukung berikutnya adalah
manajemen pendidikan. Manajemen sangat penting dalam suatu organisasi. Tanpa
manajemen yang baik, maka sesuatu yang akan kita gapai tidak akan pernah
tercapau dengan baik karena kelembagaan akan berjalan dengan baik, jika
dikelola dengan baik.[6]
Faktor pendukung yang ketiga adalah
sarana dan prasarana. Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang secara tidak
langsung berhubungan dengan proses belajar setiap hari tetapi mempengaruhi
kondisi belajar. Prasarana sangat berkaitan dengan materi yang dibahas dan alat
yang digunakan. Sekolah yang menerapkan full day school, diharapkan
mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan
kebutuhan siswa. [7]
Faktor
pendukung yang terakhir dan yang paling penting dalam pendidikan dalam SDM.
Dalm penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya
pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode
pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan karena full day school
adalah sekolah yang menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah.
Faktor lain yang signifikan untuk
diperhatikan adalah masalah pendanaan. Dana memainkan peran dalam pendidikan.
Keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah karena dana secara
tidak langsung mempengaruhi kualitas sekolah terutama yang berkaitan dengan
sarana dan prasarana serta sumber belajar yang lain.[8]
E. Faktor Penghambat Full day school
Faktor penghambat merupakan hal yang
niscaya dalam proses pendidikan, tidak terkecuali pada penerapan full day
school. Faktor yang menghambat penerapan sistem full day school
diantaranya :
Pertama,
keterbatasan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari
pendidikan yang vital untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu
perlu adanya pengelolaan sarana dan prasarana yang baik untuk dapat dapat
mewujudkan keberhasilan pendidikan. Banyak hambatan yang dihadapi sekolah dalam
meningkatkan mutunya karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Keterbatasan
sarana dan prasarana dapat menghambat kemajuan sekolah.[9]
Kedua, guru yang
tidak profesional. Guru merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar.
Keberlangsungan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh
profesionalitas guru. Akan tetapi pada kenyataannya guru mengahadapi dua yang
dapat menurunkan profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor dari
dalam diri guru, meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi,
dan kerukunan kerja. Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan
denagan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan
biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi hambatan bagi
pengembangan sekolah. [10]
F. Keunggulan
dan Kelemahan Sistem Full day school
Setiap sistem tidak mungkin ada yang
sempurna, tentu memiliki keunggulan dan kekurangan termasuk sistem full day
school. Diantara keunggulan sistem ini adalah:[11]
·
Anak anak akan
mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah
dengan program reguler.
·
Orang tua tidak
akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah
tersebut biasanya dilakukan tes (segala macam tes) untuk menyaring anak-anak
dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi
belajar yang tinggi)
·
Sistem Full
day school memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah
biasa.
·
Guru dituntut
lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan.
·
meningkatkan
gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya
prestisius.
·
Orang tua akan
mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia
pulang dari kantor
Sedangkan kelemahan dari sistem ini
adalah:
·
Siswa akan cepat
bosan dengan lingkungan sekolah
·
Lebih cepat
stress
·
Mengurangi
bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga
·
Kurangnya waktu
bermain
·
Anak-anak akan
banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarganya.
G. Pengembangan Institusional Pendidikan Full day school
Penerapan full day school adalah
salah satu inovasi baru dalam sistem pembelajaran. Konsep dan pengembangan
inovasi ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan karena mutu pendidikan di
Indonesia sekarang ini dipertanyakan. Maka berbagai cara dan metode di
kembangkan. Penerapan full day school ini juga untuk mengembangkan
kreatifitas yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan
diberlakukannya sistem full day school, guru bisa langsung mengawasi
siswa dan menilai kemampuan di bidang edukatifnya. Selain itu sistem ini juga
dapat mengakrabkan guru dengan murid-muridnya.
Pembelajaran yang dilakukan pada full
day school diharapkan membuat waktu anak banyak terlibat dalam kelas yang
bermuara pada produktifitas yang tinggi dan siswa juga menunjukkan sikap yang
lebih positif dan terhindar dari
penyimpangan–penyimpangan karena keseharian berada di dalam sekolah dan dalam
pengawasan guru. Selain itu anak jelas akan mendapatkan metode pembelajaran
yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler, orang tua
tidak akan merasa khawatir, karena anak-anak akan berada seharian di sekolah
yang artinya sebagian besar waktu anak adalah untuk belajar, orang tua tidak
akan takut anak akan terkena pengaruh negatif.
Dalam penerapannya, sistem fullday
school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan selain
kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen sekolah dan kesiapan
program-program pendidikan agar tujuan dari diadakannya sistem ini dapat
tercapai.
Seperti yang kita ketahui bahwa di
Indonesia jenjang formal bagi SD/MI diperuntukkan bagi usia 7-12 tahun, SMP/MTs
diperuntukkan bagi anak usia 13-15 tahun dan SMA/MA diperuntukkan bagi anak
usia 15-18 tahun. Jika dilihat dari life skillnya maka setiap jenjang memiliki
orientasi yang berbeda sehingga sudah seharusnya sekolah yang menerapkan sistem
fullday school memperhatikan perbedaan tersebut, dimana anak-anak usia
SD tentu porsi bermainnya lebih banyak daripada anak usia SMA. Jangan samapai
sistem ini merusak masa bermain mereka, masa dimana mereka harus berinteraksi
dengan sesama, orang tua dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Pada dasarnya
sistem pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru. Sistem ini
telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau
pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana. Bahkan jika ditarik ke belakang, sistem
asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam.[12]
Sistem asrama dalam tradisi pesantren sangat kaya dengan pendidikan utuh dan
integral yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan formal lainnya. Lebih
jelas Qodri Azizy menilai: “Di dalam lembaga pendidikan pada umumnya sering
dikecewakan lantaran hanya mampu mewujudkan segi kognitif, sementara sangat
lemah dan terkadang nihil segi afektif dan psikomotoriknya. Di pesantren ketiga
bidang tersebut akan selalu dapat dipraktikkan dengan modal sistem 24 jam tadi.
Justru sangat mengutamakan pengamalan, oleh karena suatu ilmu tanpa ada
pengamalan dicap sebagai yang tak bermanfaat”.[13]
Dengan diilhami oleh kelebihan sistem
pondok/asrama dalam tradisi pesantren, sejumlah sekolah mulai melakukan inovasi
persekolahan melalui perintisan fullday school yang dalam hal-hal tertentu
sangat mirip dengan pesantren dengan sejumlah modifikasi. Dengan demikian,
konsep fullday school merupakan modernisasi, bahkan sistematisasi atau
modifikasi dari tradisi pesantren, yang dalam batas tertentu pesantren kurang
menyadari substansi pola kependidikan yang diaplikasikannya karena sudah
menjadi sebuah tradisi yang melekat--secara inhern--dalam proses transformasi keilmuanya.
KESIMPULAN
Full
day school adalah
sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul
06.45-15.00. sehingga sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa,
disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi.
Dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya
digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku,
menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru.
Sistem pembelajaran full day school
bukanlah hal yang baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi
pesantren melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang
sangat sederhana. Bahkan jika ditarik ke
belakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha
pra-Islam.
Dengan sistem ini diharapkan anak didik
memiliki produktifitas yang tinggi sehingga mampu meminimalisir hal-hal negatif
yang dimungkinkan dilakukan oleh anak sebagai dampak dari pergaulannya dengan
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Azizy, A. Qadri. Islam dan
Permasalahan Sosial: Mencari Jalan Keluar. Yogyakarta: LkiS. 2000.
Baharuddin. Pendidikan dan
Psikologi Perkembangan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. 2009.
Basuki, Salim. Full Day School
harus Proporsional Sesuai dangan jenis waktu dan jenjang sekolah dalam Baharudin.
Pendidikan dan Psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruuz Media. 2009.
E. Mulyasa. Kepala Sekolah
Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Ramaja
Rosdakarya. 2003.
Echols,
Jhon M. & Hassan Shadily. Kamus
Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. t. th.
Hasan, Nor. Full day School
(Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). Jurnal pendidikan. Tadris.
Vol 1. No 1. 2006.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. tt.
Nawawi, Hadari. Administrasi
Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. 1985.
Sismanto.
Awal Munculnya Sekolah Unggulan. Artikel. 2013.
http://penatintamerah.blogspot.com/2013/01/pendidikan-berbasis-full-day-school.html,
diakses pada tanggal 01 Mei 2013.
[2] Salim Basuki, Full Day School
harus Proporsional Sesuai dangan jenis waktu dan jenjang sekolah dalam
Baharudin, Pendidikan dan Psikologi perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruuz
Media, 2009), 227.
[3] Muhaimin, Paradigma
Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, tt.), 168-170.
[4] Baharuddin, Pendidikan dan
Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2009), 231.
[6] Baharuddin, Pendidikan,
233.
[7] Ibid.,234.
[8] Ibid., 237.
[9] Hadari Nawawi, Administrasi
Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1985),66.
[10] E. Mulyasa, Kepala Sekolah
Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung, PT. Ramaja
Rosdakarya, 2003), 125.
[11]
http://penatintamerah.blogspot.com/2013/01/pendidikan-berbasis-full-day-school.html, diakses pada tanggal 01 Mei
2013.
[12] Nor Hasan, Full day School (Model
Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). (Jurnal Pendidikan. Tadris.
Vol 1. No 1, 2006 ), 112-113.
[13] A. Qadri Azizy, Islam dan
Permasalahan Sosial: Mencari Jalan Keluar (Yogyakarta : LKiS, 2000), 105.
thank you for your information
BalasHapusEssen Ikan Tawes Aroma Udang
t903l4gujax183 dog dildo,dildos,Wand Massagers,Wand Massagers,Male masturbators,wholesale sex toys,vibrators,finger vibrator,horse dildo x259l8kznfy885
BalasHapusc787l5hevgo808 wholesale sex toys,dildo,dildo,cheap sex toys,realistic dildos,black dildos,dog dildo,dog dildos,wholesale sex doll t593k4uhbbe441
BalasHapusv023b0wctvz805 cheap sex toys,sex toys,dildo,horse dildo,dog dildo,sex chair,sex toys,custom sex doll,dog dildo i527b4yfzpa129
BalasHapus